Logo_Pasir
Logo_Teks_Pasir

 

Negara Besar Adalah Negara Yang Menghargai Jasa Para Pahlawannya

Menu Utama

Halaman Muka
Asal Kerajaan Pasir
Asal Bangsawan Pasir
Masa Penting Kerajaan
Masa Sultan Ibrahim
Kronologis Perjuangan
Silsilah Raja-Raja Pasir
Silsilah Sultan Ibrahim
Keluarga Sultan Ibrahim
Daftar Nama Raja Pasir
Gelar Bangsawan Pasir
Sejarah Pemerintahan
Album Photo Kerajaan
Mitologi Putri Betung
Buku Tamu
 

Link ke Situs Lain

 
 
 
 
 
 

Kontak Penulis

 

benipro@telkom.net

 

Penulis

      Sekapur Sirih Dari Penulis
Asal Usul Bangsawan Pasir

Jauh di seberang sana, pada saat itu kerajaan Makasar sedang mencapai masa kejayaannya dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin sedang memperluas wilayah kerajaannya dengan menaklukan kerajaan Wajo-Bugis.  Pada saat itu banyak diantara raja-raja dan keluarga bangsawan yang tidak mau takluk pada Sultan Hasanuddin melarikan diri dan berpindah ke Kalimantan Timur bersama-sama dengan rakyat yang setia kepadanya.

 

Dalam perpindahan tersebut, tidak jarang menemui perselisihan dengan raja-raja di Kalimantan Timur yang berakhir dengan peperangan dan pertempuran, seperti yang terjadi di wilayah kerajaan Kutai dimana rombongan Bugis yang dipimpin Daeng Sitebba yang lebih dikenal dengan nama Pua Ado menyerang kerajaan Kutai di Kutai Lama. Kejadian tersebut mengakibatkan peperangan sengit di satu tempat yang bernama Bungka-bungka yang mengakibatkan Ibu Kota kerajaan Kutai dipindahkan lebih jauh masuk sungai Mahakam, yaitu Tenggarong sekarang.

Setelah peperangan antara Kutai dan Bugis berakhir, maka oleh orang-orang Bugis di tempat tersebut didirikanlah pemerintahan dimana Pua Ado dipilih sebagai kepala pemerintahannya di daerah Samarinda (Samarinda Seberang). Oleh karena pemerintahan Bugis tersebut hanya dikendalikan oleh orang-orang pendatang, yaitu orang-orang Bugis dan tidak ada salah seorang pun bangsawan Kutai, maka oleh orang Kutai ibu kota pemerintahan orang Bugis itu dinamakan Samarinda yang berarti pemerintahan yang dikendalikan oleh orang-orang sesama rendahan.

Demikian pula di daerah kerajaan Pasir, rombongan Bugis ini pun datang dan mendarat di satu tempat yang bernama Tanjung Aru yang dipimpin oleh seorang anak bangsawan yang bernama Andi Baso dan kemudian mereka mendirikan kerajaan di daerah tersebut.

 

 

Oleh karena kerajaan kecil ini mau tetap bersatu dan tunduk dalam lingkungan kerajaan Pasir, maka tidak pernah terjadi pertempuran antara Pasir dan Bugis.

Bahkan lebih diperkuat lagi dengan hubungan perkawinan antar warga dan keluarga kerajaan dari kedua kerajaan tersebut dan Kepala Pemerintahan di Tanjung Aru diberi gelar Pangeran oleh kerajaan Pasir. Hal yang sama pula terjadi di Tanah Bumbu dan Pegatan di masa pemerintahan Sultan Sulaiman menjadi satu dalam lingkungan kerajaan Pasir.

Di dalam hubungan perkawinan antara raja-raja Bugis dan raja-raja Pasir itu, maka terdapatlah seorang anak bangsawan Bugis yang berketurunan Arab bernama Andi Taha Alyrus kawin dengan seorang putri dari kerajaan Pasir yang bernama Adjie Renik (anak dari Sultan Sulaiman). Setelah menikah dengan putri dari kerajaan Pasir tersebut, Andi Taha akhirnya diangkat menjadi Menteri Kerajaan Pasir, dan diberi gelar Pangeran Syarif Taha. Hasil hubungan perkawinan antara Putri Adjie Renik dengan Pangeran Syarif Taha membuahkan seorang anak bernama Syarifah Adjie Hamid Alsegaff, yang dikemudian hari setelah dewasa diangkat juga menjadi Menteri Kerajaan Pasir dengan gelar Pangeran Syarif Hamid Alsegaff.

Demikianlah keturunan bangsawan Pasir mempunyai percampuran darah antara Pasir, Bugis dan Arab. Hal tersebut juga yang membawa percampuran adat istiadat serta gelar-gelar dari ketiga golongan tersebut.

 
 

Bagi setiap orang yang mengetahui informasi yang berkaitan dengan kisah perjuangan Sultan Ibrahim Chaliludin dapat memberikan informasinya yang akurat pada kami, yaitu :

  1. Pangeran Adjie Benni Syarief Fiermansyah Chaliluddin

  2. Pangeran Adjie Bachtiar Chaliluddin